Orangtua
dulu sering berpesan kalau pacaran jangan pergi ke candi, nanti gampang
cerai. Tetapi candi yang satu ini memang unik. Banyak pasangan datang
ke candi ini. Mereka justru mempunyai keyakinan bila tuah dari candi itu
bakal melanggengkan cinta mereka.
Komplek Candi Plaosan yang terdiri dari dua buah candi. Candi Plaosan
Kidul dan Candi Plaosan Lor memuat kepercayaan yang hingga kini masih
lestari. Kedua candi yang ditemukan 1867 menurut yang meyakininya adalah
beraura cinta kasih. Penelitian pertama dilakukan Ijzerman, arkeolog
Belanda, pada bulan Agustus 1909 menyebut pada saat ditemukan, terdapat
16 candi kecil di lokasi yang kemudian disebut Candi Plaosan Kidul ini,
namun dalam keadaan runtuh dan rusak.
Quote:
Salah satu candi yang telah selesai adalah Candi Plaosan. Candi
utama utara pada komplek Candi Plaosan Lor di Desa Plaosan Kecamatan
Prambanan Klaten yang telah selesai pemugarannya untuk candi utama utara
dengan menelan dana Rp 2 miliar lebih. Pemburu cinta, khususnya
generasi muda berdatangan ke Candi Plaosan di Klaten, Jawa Tengah.
Mereka yakin, tuah candi ini merukunkan suami istri yang sering
berselisih. Sementara bagi bujangan, candi ini dapat memberikan jodoh
yang diinginkan. Candi ditemukan abad ke-19. Kondisinya amat parah. Setelah direnovasi, kemegahan candi ini mulai terlihat. Sejarawan UGM mengungkap, Candi Plaosan dibangun dinasti Rakay Pikatan untuk permaisurinya yang sangat cantik, Pramudya Wardhani putri dari Samaratungga. Uniknya, kedua insan itu memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Rakay Pikatan dari Dinasti Sanjaya beragama Hindu, sedangkan Pramudya Wardhani memeluk agama Budha dari Dinansti Syailendra. Dilihat bentuk dan reliefnya, Candi Plaosan mencirikan candi agama Budha. |
Quote:
Kendati mereka mempunyai perbedaan yang mendasar, tetapi kehidupan
cinta Rakay Pikatan dan Pramudya Wardhani tetap mesra. Bagi mereka,
perbedaan itu tidak mempengaruhi cintanya. Mereka bisa menerima
kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga kehidupan asmaranya
tetap berjalan dengan baik. Pendeknya, mereka dapat menumbuhkan
benih-benih cinta sejati. Setelah keduanya meninggal dunia, candi tersebut dipandang sebagai wujud cinta suci antara lelaki dan perempuan. Karena itu, banyak pengunjung yang datang ke tempat ini agar mereka mendapatkan tuah dari kedua insan itu. Kabarnya, suami istri yang sering berselisih akan mesra lagi setelah mengunjungi tempat ini. Sedangkan bagi pengunjung yang masih lajang, mereka bisa mendapatkan jodoh seperti yang diharapkan. |
Quote:
Guna mendapatkan tuah cinta kasih tersebut, pengunjung yang datang
ke candi ini harus membawa sesaji berupa bunga dan dupa wangi. Tentu
sesaji ini sebuah semu atau sanepa bahwa yang perlu diniatkan adalah
menyebar keharuman dan pengabdian kepada Yang Maha Kuasa. Dalam bahasa Jawa dinyatakan bahwa menyebar bau harum dilaksanakan dengan ‘Tyas manis kang mantesi, ruming wicara kang mranani, sinembuh laku utama’. Wajah harus senantiasa memancarkan kegembiraan hidup, pembicaraannya juga indah menarik dan tak membuat sakit orang lain, ditambah laku bertingkah laku menuju keutamaan. Dengan kata lain hidup mengabdi Gusti, leladi ing sesami, maka tidak ayal rejeki bakal nututi. |
0 comments:
Post a Comment